PENGENALAN TERNAK DOMBA KAMBING UNTUK PETERNAK PEMULA

Domba Kambing merupakan salah satu ternak pemakan rumput yang tergolong ruminansia kecil yang banyak dikenal dikalangan bangsa-bangsa dunia. Kambing lebih dari 400 juta ekor, dimana 90% diantaranya di Asia dan Afrika. Jumlah populasi Kambing di Asia 225 juta ekor atau 56% dari populasi kambing seluruh dunia. Di Indonesia populasi Kambing sebanyak 13.182.064 ekor dan Domba 8.306.92 ekor (Data Ditjen Peternakan Tahun 2005).

Disamping dimanfaatkan kulit, bulu dan pupuk, maka pada dasarnya ternak kambing dibedakan ada dua tipe, yaitu Kambing penghasil daging (potong) dan penghasil susu.

Sedangkan untuk domba secara umum ternak domba dikelompokkan menjadi tipe potong, wol dan dual purpose (sebagai pedaging dan penghasil wol). Ciri-ciri domba tipe potong atau pedaging adalah bentuk badan padat, dada lebar dan dalam, leher pendek, garis punggung dan pinggang lurus. Kaki pendek, seluruh tubuh berurat daging yang padat. Contoh tipe ini adalah southdown, hampshire, dan oxford.

Kelompok domba tipe wol memiliki ciri-ciri bertubuh ringan, kaki halus dan ringan, berdaging tipis, serta berprilaku lincah dan aktif. Antara permukaan daging dan kulit agak longgar dan berlipat- lipat. Termasuk domba tipe wol adalah merino, rambouillet, dorset, dan suffolk.

Di Indonesia umumnya domba-domba yang ada tidak termasuk kedua tipe di atas, tetapi dari segi pemasaran (kebutuhan konsumen) lebih mengarah kepada tipe pedaging atau tipe potong.

Konsumen domba di Indonesia banyak yang mengonsumsi domba dalam bentuk daging, terutama untuk sate. Menjelang Idul Adha permintaan konsumen akan meningkat tinggi sebagai hewan kurban yang akhirnya untuk konsumsi berupa daging.

Anatomi dan Fisiologi Domba Kambing (DK)

Secara umum anatomi dan fisiologi ternak ruminansia dengan non ruminansia adalah sama. Namun, dari sekian banyak sistem tubuh pada ternak pemakan rumput yang membedakan antara ternak ruminansia dengan non ruminansia adalah pada sistem pencernaan terutama lambung (perut). Ruminansia memiliki 4 lambung (poligastrik) yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Ketiga lambung pertama disebut lambung palsu atau lambung depan dan yang terakhir (abomasum) disebut lambung sejati.

Rumen merupakan sebuah kantung otot yang paling besar ukurannya diantara organ yang ada di rongga perut dan memenuhi daerah sebelah kiri rongga perut. Mukosa rumen merupakan epitel yang tidak mengandung kelenjar. Bentuk permukaan rumen seperti handuk sehingga disebut juga lambung handuk. Di dalam rumen makanan disimpan sementara untuk kemudian dikeluarkan kembali ke mulut (ruminasi) dan selanjutnya dilakukan pencernaan secara fisik, kimiawi dan enzimatis. Proses pencernaan secara fisik melalui pengunyahan kembali dan peremasan oleh gerakan rumen sampai makanan halus.

Retikulum adalah bagian perut (lambung) yang paling depan. Seperti namanya lambung ini membagi permukaannya menjadi permukaan yang menyerupai sarang lebah atau seperti jala, sehingga disebut juga lambung jala. Lokasi retikulum yang paling depan dan berada di belakang diafragma serta menempatkannya hampir berlawanan dengan jantung akan menjadi jalan terjadinya perikarditis (radang selaput jantung) akibat tertusuk benda tajam seperti paku atau kawat. Benda- benda tersebut masuk ke dalam retikulum karena tertelan saat makan. Di dalam retikulum, makanan yang telah dihaluskan oleh rumen akan dihaluskan lagi dan dilakukan pencernaan secara enzimatis dan kimiawi sampai makanan menjadi lunak.

Omasum merupakan suatu organ yang terisi oleh lamina muskuler. Membrana mukosa yang menutupi lamina dipenuhi oleh papile yang pendek dan tumpul yang akan menggiling makanan terutama hijauan atau serat-serat sebelum masuk ke abomasum. Dasar omasum seperti lembaran-lembaran yang ditutupi epitel. Pada pertautan antara omasum dan abomasum terdapat suatu susunan lipatan yang berperan sebagai katup untuk mencegah kembalinya bahan makanan dari abomasum ke omasum. Omasum letaknya di sebelah kanan rumen dan retikulum persis di belakang hati. Diantara keempat lambung tadi, omasum merupakan lambung yang paling kecil.

Abomasum atau perut sejati merupakan suatu bagian glandula (kelenjar) pertama dari sistem pencernaan pada ruminansia. Lambung sejati ini terletak di bawah omasum dan terentang di belakang pada sisi kanan dari rumen. Berbeda dengan epitel lambung lainnya, epitel abomasum dapat menghasilkan mukosa. Mukosa tersebut menutupi epitel lambung untuk mencegah cairan pencernaan mencerna sel-sel lambung sendiri. Abomasum merupakan lambung yang berbatasan langsung dengan usus kecil, jadi makanan yang telah dicerna disalurkan oleh abomasum ke dalam usus untuk selanjutnya diserap di dalam usus.

Perbatasan antara abomasum dan usus kecil tersebut sangat kecil sehingga apabila ada sedikit penyumbatan oleh bulu atau serat-serat makanan akan menghalangi perjalanan sari-sari makanan ke usus. Akibatnya tubuh tidak bisa menyerap sari- sari makanan untuk kebutuhan hidup, sehingga tubuh kan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini sering menyebabkan kematian terutama pada anak-anak berumur di bawah 3 bulan.

Bangsa Domba Kambing

1. Bangsa Kambing

a. Kambing Kacang
Jenis ini merupakan yang terbanyak dan disebut juga kambing lokal. Bekembangbiak cepat karena umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan, cocok penghasil daging karena sangat prolifik (sering lahir kembar) bahkan lahir tiga setiap induknya. Mudah dipelihara bahkan dilepas mencari pakan sendiri, kawin dan beranak tganpa bantuan pemiliknya.

Ciri-ciri utama:
  • Bulu pendek dan satu warna (coklat,hitam,putih) atau kombinasi dari ketiga warna tersebut
  • Jantan betina bertanduk, telinga pendek dan menggantung
  • Bobot yang jantan dewasa rata-rata 25 kg, tinggi tubuh gumba 60-65 cm dan betina 20 kg, tinggi tubuh 56 cm.
  • Peluang induk lahir kembar 52%, kembar tiga 2.6% dan tunggal 44.9%
  • Dewasa kelamin jantan umr 135-173 hari, betina 153-454 hari. Rata-rata betina beranak umur 12-13 bulan
  • Prosentase karkas 44-51%
  • Rata-rata betina beranak umur 12-13 bulan dengan bobot lahir 3.28 kg dan Bobot Sapih 10.12 kg

b. Kambing Saanen

Jumlah pasti populasi Kambing Saanen belum bisa dipastikan, tapi yang jelas ahwa jenis ini sudah mulai berkurang di masyarakat peternak. Kambing saanen merupakan jenis Kambing Penghasil Susu dann hasil susunya paling tinggi dibandingkan dengan jenis kambing susu lainnya, bahkan dapat mencapai 3-4 liter per hari.

Ciri-ciri utama kambing saanen antara lain:
  • Kepala kecil dan berbentuk lancip
  • Jantan betina sering tidak bertanduk
  • Warna bulu putih, krem pucat dengan bercak-bercak hitam pada hidung, telinga dan ambing

c. Kambing Ettawa


Kambing ini berasal dari daeran Jamnapari India. Ciri-ciri kambing ini adalah hidung melengkung, baik jantan maupun betina bertanduk, telinga panjang terlkulai sampai 30 cm. Kaki panjang dan berbulu panjang pada garis belakang kaki. Warna bulu belang hitam putih atau merah dan ciklat putih. Produksi susu yang baik sebanyak 3 liter/ekor/hari, hal ini didukung oleh ambing yang besar dan panjang. Tinggi badan jantan dewasa mencapai 90-127 cm, sedangkan yang betina dewasa 76-92 cm. Bobot badan jantan dewasa 68-91 Kg dan yang betina dewasa 36-63 Kg.

d. Kambing Peranakan Ettawa (PE)

Jenis ini merupakan hasil persilangan antara kambing ettawa (India) dengan Kambing Kacang. Penampilan peranakan mirip kambing kacang, walaupun tampilan Ettawa juga terlihat, dan sering disebut juga dengan Jawa Randu atau Bligon.

Pemanfaat disamping dapat diarahkan untuk pedaging juga dapat juga sebagai penghasil susu.

Ciri khas Kambing PE adalah:
  • Telinga panjang, lembek, menggantung dan ujungnya agak melipat
  • Bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut
  • Dibawah leher terdapat gelambir, tanduk berdiri agak kebelakang dengan ujung sedikit melingkar
  • Tinggi tubuh 70-90 cm
  • Warna bulu umumnya belang hitam, belang coklat, coklat bertotol putih, putih totol coklat atau putih totol hitam.

e. Kambing Merica
Termasuk kambing lokal yang banyak terdapat di Sulawesi. Tandanya adalah memiliki tubuh yang kecil jika dibandingkan dengan kambing kacang. Beberapa ahli memperkirakan masih ada hubungan keturunan dengan kambing kacang.

f. Kambing Alpine

Tanda-tandanya adalah mempunyai warna bulu bermacam-macam dari putih sampai kehitam-hitaman. Warna muka ada garis putih di atas hidung. Ada yang bertanduk dan ada juga yang tidak bertanduk. Besar dan tingginya sama dengan kambing saanen.

Termasuk kambing penghasil susu yang banyak.

g. Kambing Nubian (Anglo)

Mempunyai ciri-ciri : bulu pendek, kaki panjang dan dapat menyesuaikan disi di daerah panas. Merupakan kambing yang subur dan beranak kembar. Ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk.

h. Kambing Gembrong
Jenis kambing ini hana ada di Desa Bugbug, Culik dan Bunutan Pantai Timur Bali. Diperkirakan berasal dari keturunan kambing Anggora,atau dari kambing kashmir berbulu putih.

Tinggi 58-65 cm. Bobot dewasa 32-45 kg, bulunya dapat mencapai 25 cm. Kambing jantan diambil bulunya yang panjang,putih, halus seperti sutra. Pencukuran dilakukan setiap 1.5 tahun sekali.

Pemeliharaan dilakukan secara semi intensif.

i. Kambing Boer
Kambing Boer adalah kambing yang mempunyai performance yang terbaik di dunia berasal dari Afrika yang disebut sebagai Star of Africa (Mason, 1988; Maze, 2006; Pazzani, 2006). Kambing ini termasuk kambing dwiguna yaitu dapat diandalkan sebagai penghasil daging dan penghasil air susu. Sebagai tipe daging, kambing boer mempunyai bentuk tubuh yang ideal yaitu tubuh yang besar, berat, panjang berotot dan mempunyai persentase karkas yang tinggi (Machen, 1995), dan dapat dipelihara sebagai induk atau pejantan hingga berumur 10 tahun (Malan, 2000).

Dari hasil kajian, ternyata kambing Boer sangat menjanjikan untuk dipilih sebagai komoditas peternakan pedaging karena persentase daging terhadap berat hidup tinggi dan kualitas daging yang sangat baik yaitu daging yang lembut, rasa yang enak “ flavoursome, succulent, tender, extremely attractive and tasty” (Malan, 2000).

Dari segi produksi peternakan pertumbuhan kambing Boer relative cepat yaitu kenaikan berat badan dapat mencapai 150-170 gr per hari (Cassey dan van Niekerk, 1988). Pada kondisi yang baik kambing betina dewasa dapat mencapai berat badan 70-80 kg (Malan, 2000) atau sampai 90-100 kg (Mason, 1988), sedangkan jantan mencapai 100-120 kg (Malan, 2000) atau sampai 110-135 kg (Mason, 1988), dengan persentase karkas 49-55% dengan kandungan lemak rendah yaitu 5-6% (Mason, 1988).

Disamping itu kambing Boer mempunyai reproduktifitas yang tinggi, yaitu dengan masa bunting 148,2 + 3,7 hari (Greyling, 2000), Jumlah anak tunggal 8%-24,5%, kembar dua 59,2%-63,7%, kembar tiga15,3% -27,2% dan kembar empat 1% -1,1% (Erasmus 2000; Greyling, 2000). Lama interval antara melahirkan dengan kembali bunting selama 62,0+ 20,2 hari (Greyling, 2000). Pada pemeliharaan yang baik dapat menghasilkan tingkat kebuntingan 90%, jumlah anak lahir/ induk kawin 189%, jumlah anak/ induk melahirkan 210% dengan jarak beranak 7-8 bulan (Malan, 2000).

Sifat keindukan kambing Boer sangat baik, yaitu dapat memelihara anak kembar dengan baik (Machen, 1994), karena produksi susu yang tinggi yaitu 1,3 hingga 1,8 kg/ hari. Dapat dikategorikan sebagai kambing perah, karena kambing Boer dapat memproduksi susu selama 120 hari dengan produksi susu total sebanyak 160 kg (Cassey dan van Niekerk, 1988). Keunggulan lain dari kambing Boer ini adalah mau makan sisa makanan sapi (Cassey dan Van Niekerk, 1988), mau makan makanan konsentrat dan tidak terlalu memilih makanan yang disediakan (Machen 1995). Di Afrika selatan kambing ini makan daun daunan 74% sedang 26% rumput (Malan, 2000). Keunggulan lain yaitu Kambing Boer tahan penyakit (Erasmus, 2000).

Daya adaptasi kambing Boer sangat tinggi (Erasmus, 2000), dapat dipelihara pada berbagai kondisi iklim (Malan, 2000). Terbukti telah dikembangkan diberbagai bagian dunia dengan iklim tropis maupun sub tropis yaitu di Amerika, Canada, New Zealand, Jerman, Israel, Perancis, Australia dengan hasil yang baik. Kambing ini cocok untuk dikembangkan didaerah tropis karena berasal dari Afrika Selatan di daerah tropis, dan mempunyai warma bulu putih dengan warna coklat sekitar kepala sehingga stress terhadap panas minimum (Machen, 1995).

2. Bangsa Domba

Bangsa domba dibedakan menjadi bangsa domba Indonesia dan domba luar negeri.

a. Bangsa Domba Indonesia
1) Domba asli Indonesia
Domba ini dikenal juga dengan domba sayur atau domba lokal. Ciri-ciri dari domba ini adalah berbadan kecil, lambat dewasa, warna bulu dan tanda-tanda lain tidak seragam, serta hasil karkas rendah.

2) Domba ekor gemuk
Domba jenis ini terdapat di Jawa Timur, Madura, Lombok, dan Sulawesi. Ciri-ciri yang dimiliki domba bangsa ini adalah berbentuk badan besar, domba jantan bertanduk dan bobotnya mencapai 50 Kg, sedangkan domba betina tidak bertanduk dan berbobot 40 Kg.

Ekornya panjang, dengan pangkalnya besar dan menimbun lemak yang banyak, tetapi ujung ekornya kecil tak berlemak.

PENGENALAN TERNAK DOMBA KAMBING UNTUK PETERNAK PEMULA
Profil Domba Cibuluh (Garut)

3) Domba Garut
Asal usul domba ini masih dipertentangkan oleh para ahli domba dunia, tetapi banyak yang memperkirakan domba garut merupakan hasil persilangan dari domba asli Indonesia, merino, dan ekor gemuk dari Afrika Selatan.

Ciri-ciri dari domba ini adalah berbadan besar dan lebar serta leher kuat sehingga dapat digunakan sebagai domba aduan. Bobot domba jantan mencapai 60 – 80 Kg dan domba betina 35 – 40 Kg. Domba jantan bertanduk dan melengkung ke belakang berbentuk spiral. Bagian pangkal tanduk kanan dan kiri hampir bersatu. Domba betina tidak bertanduk. Bulu domba garut lebih panjang daripada domba asli dan warnanya beragam, ada yang putih hitam dan cokelat atau warna campuran. Walaupun ada darah merino, bulu wolnya yang paling halus hanya rata-rata sebesar setebal 31, sehingga digolongkan pada wol C, sedangkan tipe A dan B tidak dijumpai sama sekali.

b. Bangsa Domba Luar Negeri

1) Domba merino

Domba merino berasal dari Asia Kecil, lalu berkembang di Spanyol dan menyebar ke Inggris dan Australia. Merino merupakan domba penghasil wol yang berkualitas baik. Ciri-ciri domba ini adalah seluruh badannya tertutup wol yang tebal dan merata. Domba jantan bertanduk besar dan membelit sedangkan yang betina tidak bertanduk. Tubuhnya besar sampai bobotnya mencapai 70 Kg untuk domba jantan dan 45 Kg untuk domba betina.
Domba merino
Domba Merino

2) Domba rambouillet
 
Asal domba ini diperkirakan dari domba merino yang lama diternakkan di Prancis dan telah beradaptasi dengan baik serta telah mengalami perubahan bentuk, sehingga disebut juga 
merino prancis. Rambouillet merupakan tipe domba dwiguna dengan ciri-ciri badan besar, dalam, lebar dan padat, tulang-tulangnya kuat, kepala tegak dan yang jantan bertanduk besar tetapi yang betina tidak bertanduk.

Domba rambouillet
Domba rambouillet
3) Domba southdown

Domba southdown merupakan domba tipe pedaging yang berasal dari Inggris. Tubuh dari domba ini relatif kecil, lebar dan dalam, bentuknya bulat dengan perdagingan yang padat
serta kakinya pendek. Garis punggungnya lurus, leher pendek dan tebal. Telinga pendek dan  ujungnya  bulat.  Kepala  bisa  dengan  mudah  dibedakan  dengan  yang  lain  karena
telinganya pendek dan kecil serta tidak bertanduk.

Domba southdown
Domba southdown


4) Domba suffolk

Masuk ke Indonesia pada tahun 1975 dari Australia, sedangkan asal domba ini dari Ingris. Tipenya  adalah  pedaging  dan  sekaligus  sebagai  penghasil  wol  dengan  mutu  sedang.
Domba ini badannya besar, yang jantan bisa mencapai bobot lebih dari 60 Kg. Warna muka
dan kakinya hitam dan kakinya pendek.

5) Domba dorset

Sama halnya dengan domba suffolk, domba dorset masuk ke Indonesia melalui Australia, meskipun asalnya dari Inggris. Selain sebagai penghasil daging domba ini juga sebagai
penghasil  wol.  Tubuh  dari  domba  ini  panjang,  lebar  dan  dalam,  berbentuk  segiempat
dengan bobot jantan lebih dari 100 Kg dan yang betina sekitar 80 Kg. Domba dorset memiliki dua kelompok, yaitu kelompok dengan jantan dan betina bertanduk dan kelompok jantan dan betina tidak bertanduk.

Prospek dan Keuntungan Beternak Domba Kambing

Pada awalnya pemeliharaan domba kambing di Indonesia masih secara tradisional dan hanya sebagai tabungan, sehingga manajemen pemeliharaannnya pun masih sederhana, yaitu secara ekstensif. Domba Kambing yang dipelihara umumnya hanya sebanyak 3 – 5 ekor per keluarga. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pemikiran petani tentang teknologi pemeliharaan yang lebih menguntungkan semakin meningkat, hal ini menimbulkan keingintahuan untuk mengetahui cara pemeliharaan yang lebih ekonomis. Akhirnya mulai bermunculan cara beternak domba secara intensif.

Menurut hasil penelitian, pemeliharaan secara sederhana hanya memberikan pertambahan bobot badan rataan sebesar 20 – 30 g/hari, sedangkan pemeliharaan dengan cara intensif dapat memberikan pertambahan bobot badan rataan sebesar 50 – 150 g/hari. Hal ini membuktikan bahwa pemeliharaan secra intensif berpengaruh besar terhadap produktivitas.

Seperti disebutkan di atas bahwa walaupun di Indonesia pasar domba kambing masih berkisar untuk konsumsi berupa daging, tetapi memiliki prospek keuntungan yang cerah, sebagai berikut :

1. Daging domba kambing, seperti halnya daging ayam, dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat, agama, dan kepercayaan di Indonesia. Hal ini berbeda dengan daging sapi dan babi.

2. Domba Kambing sebagai hewan ritual, terutama untuk Kurban & Akikah yang kebutuhannya cukup besar setiap tahun

3. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan pendapatan yang cukup akan mendorong penduduk untuk memenuhi kebutuhan gizi, khususnya protein hewani.

4. Sampai saat ini penghasil daging utama di Indonesia seperti sapi, kerbau, dan ayam belum mencukupi konsumsi penduduk Indonesia

5. Selera konsumen untuk menikmati kelezatan daging domba sangat banyak macamnya,
seperti sate, gule dan sop, sehingga tidak akan kesulitan dalam pemasaran.

Selain prospek pemasaran yang masih terbuka lebar, beternak domba kambing juga memiliki kelebihan baik dari segi ternaknya sendiri maupun dari segi ekonomis, yaitu :

  1. Domba kambing mudah beradaptasi terhadap lingkungan. Meskipun Indonesia terletak di daerah tropis yang panas, domba kambing sanggup menahan penguapan lewat permukaan kulitnya yang tertutup tebal oleh bulu sehingga tidak memerlukan air minum tambahan, cukup dari kandungan air dalam pakan.
  2. Domba memiliki sifat suka berkelompok sehingga pada saat digembalakan tidak akan saling terpisah dari kelompoknya.
  3. Domba cepat berkembang biak karena dalam kurun waktu 2 tahun dapat beranak 3 kali, sekali beranak dapat 1 – 3 ekor.
  4. Hasil ikutannya berupa pupuk sangat membantu usaha pertanian sehingga bisa dikombinasikan dengan sektor pertanian yang lain, terutama dalam menghasilkan produk- produk Organik (Beras, Teh, Vanilli, dll)
  5. Modal usaha relatif kecil karena dengan modal kecil pun usaha ternak domba bisa jalan. Hal ini karena domba bisa diusahakan dengan kandang dan pakan yang sederhana dan mudah didapat dari lingkungan sekitar.
  6. Kulit domba merupakan nilai tambah karena dapat dijual dengan harga tinggi

MODEL PEMELIHARAAN USAHA TERNAK DOMBA DOMBA KAMBING

Ada tiga model pemeliharan domba kambing, yaitu secara ekstensif, semi-intensif dan intensif. Ketiga model tersebut cukup baik dilakukan, tergantung dari tujuan pemeliharaan, lahan,dana, kapasitas pakan dan ketrampilan mengelola pemeliharaan ternak tersebut. Sebaiknya untuk tujuan perbibitan menggunakan model ekstensif atau semi intensif. Sedangkan untuk tujuan penggemukan menggunakan model intensif.

1. Ekstensif

Campur tangan peternak terhadap ternak peliharaan hampir tidak ada. Domba Kambing dilepas begitu saja dan mencari pakan sendiri di lapangan gembalaan, pinggiran hutan atau tempat lain yang banyak ditumbuhi rumput serta sumber pakan alam lainnya. Tidak ada kandang khusus ternak, dan domba kambing memilih sendiri tempat yang ,mereka sukai untuk tidur atau istrahat.

Model ini cocok untuk di perkebunan yang luas dalam kawasan tertentu, seperti perkebunan kelapa sawit, perkebunan teh, dll. Model ini memungkinkan biaya produksi sangat sedikit, bahkan mendekati zero-cost, sehingga secara profitable cukup baik juga.

2. Semi Intensif
Pada sistim semi intensif ini kegiatan pemeliharaan domba kambing dengan sistim penggembalaan secara teratur. Peternak menyediakan kandang untuk hunian dan tempat tidur ternak malam hari. Penggembalaan dimulai jam 08, dimana ternak dilepas ke luar kandang dan digembalakan di lokasi yang cukup pakannya, lalu siang atau sore harinya kembali ke kandang untuk istrahat.
Pada keadaan tertentu peternak campur tangan, terutama dalam hal kebuntingan dan kelahiran serta ketika akan melakukan seleksi terhadap ternak yang akan dijual atau
dilakukan pemotongan. Pada sistim ini juga memungkinkan adanya perhatian terhadap
kontrol kesehatan ternaknya.
Demikian juga sebelum digembalakan, peternak masih memberikan makanan tambahan berupa makanan penguat atau vitamin baik di pagi maupun sore harinya. Secara lahan, jumlah yang dibutuhkan cukup luas, minimal 1-2 Ha untuk 50-100 ekor ternak dan kapasitas pakan alami di areal tersebut mencukupi untuk dibuat rotasi penggembalaan.

3. Intensif
Domba Kambing yang diternak secara intensif membutuhkan perhatian penuh, baik secara standard umum maupun dalam hal penanganan kasus yang ada. Perhatian ini mutlak
karena ternak 100% terkurung dalam kandang dan mengandalkan kemampuan layanan dari
peternak. Perlu perhitungan dan pengaturan yang cermat baik terhadap manajemem pakan, kesehatan ternak, kandang dan perkembangan tingkat produktivitasnya. Ada dua model kandang Intensif ini, yaitu kandang individual dan kandang koloni.

Model Intensif ini lebih cocok untuk tujuan penggemukan jangka pendek sehingga antara biaya produksi dan nilai jual dapat diperhitungkan dengan jelas. Dibandingkan dengan dua model sistim di atas, sistim intensif jauh membutuhkan biaya yang lebih besar. 
Keuntungan lain adalah tidak membutuhkan lahan yang luas.

No comments:

Post a Comment